iip pasoloran_1

BISKAL UNTUK AKU,

KALIAN DAN MEREKA

Atas nama demokrasi yang masih menjadi slogan di negeri ini

di sini, masih banyak suara yang tertahan di antara dindingdinding tirani dan tak mampu keluar walau sekedar menyapa

di sini, masih ada langkah tertatih di atas tanah milik sendiri

pun tak mampu bergerak walau sekedar berpijak

 

Atas nama kebenaran yang masih samar di negeri ini

apakah laras yang mesti jadi sahabat sementara dia makin angkuh melangkah dan mencipta deretan nadanada kebingisan yang terus menebar teror ditiap siang dan malam

apakah desing peluru yang mesti merobek dada saat kepalan tangan diacungkan sebagai tanda perlawanan dan pena diteguhkan menjadi badik untuk menikam segala penindasan di bumi pertiwi ini

apakah raung panser yang mesti merubah hari itu menjadi hari kepiluan kami yang terus membekas seperti

jejak panser di atas aspal sebagai bukti sejarah

Atas nama keadilan yang masih tanda tanya

siang itu berubah menjadi drama tragedi kolosal tatkala tirai debu yang menjadi layar tersingkap oleh derap kaki mereka yang katanya pahlawan

mesti dengan nyawa teriakan itu dibayar

entah apakah setiap teriakan di negeri ini dianggap berbahaya bagi rezim penguasa

padahal teriakan itu berasal dari nurani teraniaya yang entah kapan akhirnya

 

Atas nama masa yang belum juga berubah

mestikah tontonan ini menjadi sarapan pagi anakanak kita dan kelak menjadi borok menahun yang mungkin tidak bisa mereka bangga-banggakan

mestikah semua kita ukir rapi untuk dijadikan artifak sebagai bukti masa kejayaan untuk kekerasan

 

Atas nama pengorbanan yang terlupakan

apa masih ada geliat di atas tanah dimana kami istrahat?

apa masih ada yang melanjutkan perjuangan kami yang sempat tertunda?

tolong, jika kelak di atas makam kami tumbuh sekuntum bunga, maka jangan kalian bersihkan karena itu adalah bunga kesejatian yang tak akan lekang oleh zaman

 

Atas nama demonstran yang masih tersisa

teruslah maju walau berondongan timah panas senantiasa menghadang langkah kalian

seandainya kami diberi satu kesempatan untuk bisa berteriak sekali lagi

kami akan berteriak keras-kerasnya hingga mampu merobekrobek telinga mereka yang sudah lama tuli

 

Atas nama ibu yang melahirkan kami

jangan pernah menyesal atas kepergian kami karena kami mati atas nama yang kami suarakan

jangan menangis lagi karena kami tak pernah menyesal

memilih untuk berada di jalanan

 

 

Makassar, maret 2005

      iip pasoloran

 

(Dedicated for the students of UMI who died in holy at April Makassar Berdarah “AMARAH” tragedy on April 24 1996)






                                           SAJAK PENANTIAN

                                 Masih di sebuah penantian

akan pasti mati dan hilang

Seorang manusia asyik bergelut waktu

bersenggama riuh malam

untai helai rambut pelangi

saat hujan tinggalkan bumi

dan matahari tikam hari

Sampai pati mati dan hilang

 

Masih di sebuah penantian

akan pasti mati dan hiang

Seorang manusia mencari sari kasturi

bau harum surgawi

harap tetes embun firdaus

layaknya Adam menanti Hawa

dalam kekosongan jiwa

terus hujam sisi kehidupan

Sampai pasti mati dan hilang

 

Masih di sebuah penantian

Akan pasti mati dan hilang

Andai ada sebuah pilihan

pasti harap lahir sebelum

 

 

Makassar, nopember 2003

            iip pasoloran

 

 

 


 

SAJAK UNTUK PERDAMAIAN

Coba kita lihat rombongan burung yang terbang

dengar riang kacau mereka

Tak ada kesedihan di sela-selanya

Pun pertikaian

Kenapa tidak ingin menjadi seperti mereka

Hidup berdampingan seolah tak ada sekat membatasi

Kenapa tidak mencoba berkicau seperti mereka

Bernyanyi lagu satu perdamaian

Kenapa tidak?

 

 

 

 Makassar, maret 2003

               iip pasoloran

 

 

 

 

     MUNGKIN ITU NASIBMU

Setelah sunset kau tampakkan diri

Dengan wajah dan senyum sedikit terpaksa untuk sebuah impian

 

Kau menjual banyak keindahan, menyuguhkan segenggam kenikmatan untuk menyambung nyawa

Tak jarang kau sedikit genit menarik minat lelaki penikmat sex

 

Kau coba rayu mereka dengan tingkah yang menggairahkan

Setelah shubuh kau pun menuai hasil

 

Bulan yang menggantung pada malam

Kau tersisih di kehidupan

 

 

 

    Makassar, maret 2003
         iip pasoloran

 

 

  

 

 

           SAJAK BUAT IRAK

Asap hitam mengepul tebal di atas langitmu

Itu yang aku lihat

Gemuruh tank anti peluru menebar teror

Itu yang kurasa

Haru pilu menggema memecah gendang telinga

Itu yang kudengar

Adakah perusak itu sama seperti aku?

 


Makassar, maret 2003

iip pasoloran

 

 

   

 

 

 

TEH MANIS

Nikmat kalau kucicipi malam dengan segelas teh manis

sambil mendengar kau bernyanyi. Mudah-mudahan suaramu tidak memecahkan gendang telingaku

 

Pun jejak kau tinggalkan

Masih memadati etalase-etalase mimpi manusia

Sepertinya kau terus tumbuh dan terus saja bernyanyi

tanpa memikirkan suara-suara lain

Atau aku yang semakin kecil

 

Stop! Kau mencemari teh manis buatku malam ini

 

 

Makassar, mei 2006

iip pasoloran

 

 


 

TEH MANIS II
(untuk masyarakat negeri 4x4)

Mak, tolong buatkan teh manis ya…..

 

Aku masih mau melanjutkan mimpi yang kemarin sempat tertunda

 

Teh manis buatanmu bisa menemani dan menunda lapar juga dahagaku. Sekaligus memintal kembali syaraf-syaraf ku yang kusut

 

Semoga besok aku bisa dapat baju baru.

 

Makassar, mei 2006

iip pasoloran

 

 

 

 

KAMAR SENDIRI

 

Mak, tolong bangunkan aku kalau matahari sudah terbit

Sebab sudah puluhan tahun aku tunggu sentuhan sinarnya yang lembut seperti belaimu waktu aku masih kecil dulu

 

Mak, jangan lupa ketuk pintu kamarku dulu karena pasti terkunci dari dalam

Sebab aku takut ada orang lain masuk dan membongkar lemari nuraniku

 

Engkau jangan juga masuk, mak

Aku takut nanti engkau kaget lihat isi kamarku

Mungkin tidak seperti inginmu sewaktu aku masih digendong dulu

 

Pun jangan menyusup masuk mak

Karena engkau bukanlah anjing tiran

Yang selalu curiga akan generasinya

 

Cukup salami aku

Pasti itu kujawab

 

Mak, maaf.

 

 

Makassar, juni 2006

iip pasoloran

 

 


 

 

     SEMU

di langit kotaku

hanya ada titik-titik bintang

yang membentuk tanda tanya

tanpa aksara dirinya

selamat bermimpi!

 
Makassar, juni 2006

                            iip pasoloran

 

 

 


 

     KAMAR SENDIRI II

sering kulihat kau telanjang bulat dalam kamarku

sering kau tawarkan kepuasan

dan saat itu kau tuntaskan dahagaku

biarkan kujamah kau dari ujung rambut sampai kaki

tak apa kau kujilati

karena ada damai saat kurangkul dan kubawa kau ke atas ranjang

 

mari senggama bayanganku

cuma kau yang tahu kapan kucapai puncak itu

 

 

 

Makassar, juni 2006

            iip pasoloran

 

 


 

                 WASIAT

di sebuah ruang tempat kusimpan warisan untuk besok

kuajak dia bercinta sejenak dan melepas semua hijab materi yang selalu saja memenjarai birahi

tidak kuingat lagi awal dia mulai mencumbui jasadku yang masih hijau dan hanya tahu mengemis untuk sesuatu yang belum kumiliki

sampai saat sudah kukenal orgasme dia hampir tak bisa lagi lepas dari apa yang kumau

sampai pada saat aku enggan dia berontak dan menggugat bahkan mengutuk lalu pergi ke negeri entah

kutulis kalimat wasiat untuk dia

semoga suatu hari saat aku sudah renta dan tinggal mengikuti detak jam esayangan

akan ada yang sudi menyampaikan agar dia pulang untuk mau mencumbui jasad ini lagi

di sebuah ruang dimana malam menggantung tanpa bulan dan bintang sebagai hiasan abadinya

maaf, kalau aku belum menjadi

 

               disebuah ruang, juni 2006

               iip pasoloran

 

 

 

 

 

 

BUAT WIJI THUKUL

maaf tak kubeli tiap buku kumpulan celotehmu

hanya kukopi beberapa sajakmu bahkan kadang kurobek selembar di toko buku

karena kuingin kau hidup di nuraniku

mengajarkan aku arti hidup

mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan

dan arti sebuah pembangkangan

 

maaf, tak mampu kubeli semua tantangmu

karena di negeri ini harga buku melambung tinggi

padahal aku juga ingin menjadi peluru sepertimu

menembus sebuah tembok angkuh negeri ini

dan teriak “lawan”

 

 

Makassar, nopember 2006

iip pasoloran

 

 


 

 

UNTUK IKA

mungkin wajar ketika kita harus kembali ke masa lalu

biar semua bisa biasa-biasa saja

jangan mengira semua adalah wujud adanya

karena ternyata masih ada yang belum tampak olehmu

kau masih buta akan asa yang sudah menjadi pilihan

jalan setapak di samping masih butuh diperbaiki

biar semua bisa jalan dengan lenggaklenggok sendiri

sudah ada yang siap pada tahuntahun lalu

cuma baru sekarang baunya tercium zaman

batok kepalaku mau pecah

sudah….biarkan saja

lanjutkan apa yang mesti dilanjutkan

toh semua ada akhirnya

maka bersiaplah

dendangkan saja ninabobo saat datang

biar semua bisa tahu kalau ada cahaya di sudut mega

dan semua tampak biasa-biasa saja

pun masih ada masa di depan

pasti matahari menyapa.

salamku padanya…

 

Makassar, januari 2007

iip pasoloran

 

 

 

 

 

     CATATAN BURAM SEBUAH NEGERI

(Hiduplah Indonesia raya)

Sampai saat ini belum kupahami juga kau sebagai sesuatu yang hidup

Sampai detik ini belum kurasakan kau sesuatu yang raya

Masih ada banyak yang perlu ditanyakan

Agar aku tahu kau ada

 

(Pancasila dasar Negara, rakyat adil, makmur sentosa)

Apanya yang jadi dasar?

Yang mana yang rakyat?

Dimana itu adil?

Siapa yang makmur?

Kapan sentosa?

 

(Maju tak gentar, membela yang benar)

Itu hanya menjadi slogan bagi mereka yang katanya pahlawan

Hanya untuk memberaki telinga anakanaknya

Karena sekarang tidak berlaku lagi

Maju tak gentar, membela yang bayar

 

(Tanah airku indonesia, negeri elok amat kucinta)

Masih sebuah tanda tanya

Apakah masih perlu aku mencintai dia

Sementara saban hari terdengar kesewenang-wenangan

Kota dan desa menjelma menjadi monster

 

(Bagimu negeri, jiwa raga kami)

Aku selalu saja dihantui kewajiban

Ibu,

apa patriotisme selalu kau minta supaya negeri ini bisa merdeka?

Apa jiwa raga ini harus membayar semua ketidakadilan di negeri ini?

 

Ibu,

anakku adalah anakmu juga

darahmu

Apimu

Jiwamu

Harapmu

 

 

Makassar, nopember 2006

iip pasoloran

 

  

 

 

           NAIF

Sempat kutemukan dia di garis malam

Dengan hiasan senyum tipis indah

Getir menyambut rasa hingga cukup menyentuh

Di sisi ego dia menari

 

Pun dia hilang pada etalase bahagia

Sesaat muncul tapi tak berapa lama

Mungkin karena aku selalu lupa akannya

Di tiap pagi yang menghantar nafasku

 

Ah,

seandainya saja aku dekat

Maka akan kurangkul, kucumbui

Agar tak lagi aku bisa pergi jauh darinya sampai mata tak lagi menari pada esok

 

AKU MASIH ANAK HILANG

 

 

Makassar, juli 2007

iip pasoloran

 

 

 


 

     SALAM BUAT WARNA-WARNA

I

Selamat malam negeri kecilku

pada sisi langit bulanmu tampak tak malu-malu lagi

pun bintangmu pada sinarnya

aku masih ragu memberi terang

 

II

Selamat malam burung garuda

paruhmu sudah retak sejak silam

dan tampaknya hanya ban bakas yang bisa menambal supaya kau kelihatan perkasa lagi

 

III

Selamat malam tunas-tunas baru

sampaikan cita-citamu untuk kami kala tumbuh

biar kami siap menanggung emas atau tai yang keluar dari pantatmu

benalu atau jati masih sebuah pilihan

 

IV

Selamat malam isme yang tercinta

adamu membuat batok kepala silau

kaupun hadir tak membuat terang

tapi kau masih saja menjadi gincu sebagian kami

 

V

Selamat malam para pemikir

mungkin ketika kau membaca dan menulis kantuk menggantung di kedua matamu

eh,

jangan lupa minum obat sebelum tidur

bisa jadi itu buat kau lebih tenang

 

VI

Selamat pagi bagi yang tak racau

setapak padamu adalah terangnya ruang-ruang gelapku

mari,

kuajak kau bersulang dalam spiritual hakiki

sekaligus undangan khusus saat aku sadar atau tak sadar

seperti senggama matahari dan pagi hari ini

 

 

           Makassar, mei 2006

           iip pasoloran

 

 

 


 

 

 

           TV 21” MILIK BAPAKKU

Masih seperti kemarin,

Kuhidupkan TV 21” milik bapakku dan menonton suguhan berita stasiun TV teraktual.

Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pe, pe dan pe seperti garam untuk pauk buat makan ntar malam.

Ingin meledak tawaku saat nonton berita tentang pemerkosaan yang dilakukan anak di bawah umur terhadap seorang bocah.

Bukan karena moralku yang entah baik atau bobrok, tapi karena kontolku dibuat berdiri juga.

 

Seperti kemarin-kemarin,

Masih kuhidupkan TV 21” milik bapakku dan menonton berita pe, pe, dan pe yang masih hangat-hangat seperti bubur ayam buat sarapan pagi para pejoging di pantai Losari.

Tiba-tiba ada berita tentang bom yang meledak di kotaku. Tak ada korban jiwa hanya beberapa yang terluka ringan.

Yah mungkin ringan untuk tubuhnya, tapi berat untuk jiwanya.

 

Masih seperti kemarin-kemarin,

Aku masih orang Indonesia.

 

    Makassar, april 2005

                iip pasoloran

 

          

 

 

 


 

ruang satu
 
ruang dua
 
sebuah ruang perkenalan awal sebelum persenggamaan jiwa dan persepsi menjadi sebuah sketsa hidup yang menggemaskan
ruang tiga
 
ajari aku tentang cara meraba langkahmu sambil membingkai jejak sebagai titipan untuk masa depan
ruang empat
 
kenalkan sosokmu di altar langit hingga biasnya menerangi bumiku
ruang lima
 
tentang cintaku padamu yang kemarin ku tambatkan di ranting-ranting pepohon.
 
Today, there have been 5 visitors (8 hits) on this page!
Terkadang kita harus mengakhiri sesuatu di tempat dimana kita memulainya. Karena sepertinya sebuah eksistensi kemanusiaan harus dipertanyakan kembali, apakah betul kita ada dan bergerak ditiap siang dan malam. Ruang-ruang ini semakin sempit saja, karena sebanyak apapun kita membuat opini tentang ruang, maka secara tidak sadar kita sudah berubah menjadi angkuh dan membatasi ruang yang kita pahami. Lalu apalagi yang mesti dipertahankan, jika pada akhirnya kita sendiri yang menciptakan batas ruang dan waktu itu dan kemudian menjelma menjadi...... This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free