GEMBEL (noname)

GEMBEL

Lampu remang – remang mati padam di sebuah meja kerja. Diatas meja tersebut banyak terdapat arsip-arsip. Tiba-tiba dari dalam meja muncul seseorang yang tak diketahui siapa dia. Pakaian yang dikenakannya cukup rapi. Sosok tersebut terdiam menatap sekitar meja kerja yang ada didepannya. Beberapa lama kemudian ia masih sibuk dengan aktivitasnya didepan meja kerja yang tertata dengan rapi. Kemudian mengetuk – ngetuk meja hendak mengatakan sesuatu. Tak berselang beberapa waktu seseorang mengintip dari sudut panggung dan berteriak.

 

Seseorang :         Sebetulnya pilihan hidup saya sangat beragam sampai-sampai saya dituduh plin-plan padahal sewaktu saya masih duduk dibangku perkuliahan, saya adalah seorang aktivis yang kritis, akademis, analitis, hidup ku selalu optimis meskipun akhirnya tragis, saya dulu senior yang paling bengis tetapi gadis-gadis kampus meringis-ringis didepanku dan berkata kakak anda sangat manis. Oh….. sangat romantis.

                           (disetiap kalimat diadakan sebuah simulasi yang menggambarkan masa lalu sosok ini).

Seseorang :        

Seseorang :         Hei !!!! kau kira dengan penampilan seperti itu kau dapat menipu kami.

 

Dari sudut panggung yang lain ada orang yang berteriak betul !!! benar!!!!

ruang satu
 
ruang dua
 
sebuah ruang perkenalan awal sebelum persenggamaan jiwa dan persepsi menjadi sebuah sketsa hidup yang menggemaskan
ruang tiga
 
ajari aku tentang cara meraba langkahmu sambil membingkai jejak sebagai titipan untuk masa depan
ruang empat
 
kenalkan sosokmu di altar langit hingga biasnya menerangi bumiku
ruang lima
 
tentang cintaku padamu yang kemarin ku tambatkan di ranting-ranting pepohon.
 
Today, there have been 5 visitors (9 hits) on this page!
Terkadang kita harus mengakhiri sesuatu di tempat dimana kita memulainya. Karena sepertinya sebuah eksistensi kemanusiaan harus dipertanyakan kembali, apakah betul kita ada dan bergerak ditiap siang dan malam. Ruang-ruang ini semakin sempit saja, karena sebanyak apapun kita membuat opini tentang ruang, maka secara tidak sadar kita sudah berubah menjadi angkuh dan membatasi ruang yang kita pahami. Lalu apalagi yang mesti dipertahankan, jika pada akhirnya kita sendiri yang menciptakan batas ruang dan waktu itu dan kemudian menjelma menjadi...... This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free